JAMBICYBER.ID, JAMBI – Ketua Umum HMI Korkom UIN STS Jambi, Wahyu, bersama seluruh ketua umum komisariat dan kader HMI selingkup kampus UIN, kembali mengalami perlakuan diskriminatif serta kekerasan fisik setelah upaya mereka memperkenalkan organisasi HMI di lingkungan kampus UIN STS Jambi.
Kisah ini bermula ketika Rektor UIN STS Jambi, Prof. Kasful Anwar, memberikan izin kepada HMI untuk memasuki Gedung Auditorium selama 10 menit guna memperkenalkan organisasi kepada mahasiswa baru.
“Kami telah diizinkan serta diperbolehkan oleh Rektor UIN STS Jambi. Serta, ia juga sudah menginstruksikan langsung kepada Warek II untuk memberikan kesempatan kepada HMI dan atau memberikan panggung dalam mengenalkan budaya HMI di Gedung Auditorium Kampus,” jelas Wahyu, Jumat (29/8/2025).
Namun, izin tersebut kemudian dicabut sepihak tanpa alasan yang jelas. Pihak kampus melarang HMI mengibarkan bendera di dalam auditorium.
Menyikapi hal ini, Wahyu bersama rombongan tidak tinggal diam. Mereka mencoba berdialog dengan pihak kampus untuk mencari solusi. Setelah negosiasi yang alot, akhirnya disepakati bahwa HMI diperbolehkan mengibarkan bendera di luar gedung auditorium. Namun, diskriminasi kembali terjadi saat pihak kampus melarang pengibaran atribut HMI di area kampus secara umum.
Ironisnya, ketika rombongan HMI hendak meninggalkan kampus sambil mengibarkan bendera kebanggaan mereka, mereka kembali dilarang. Dengan berat hati, mereka menerima larangan tersebut dan melanjutkan perjalanan pulang.
Namun, perjalanan pulang ini berujung pada mimpi buruk, saat salah satu kader HMI menjadi korban pengeroyokan brutal. Korban mengalami luka serius di bagian kening yang mengeluarkan darah dan segera dilarikan ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan perawatan medis.
Kejadian ini mengundang pertanyaan serius terkait kebebasan berorganisasi dan keamanan mahasiswa di kampus negeri yang seharusnya menjadi ruang terbuka untuk berbagai aktivitas akademik dan kemahasiswaan.
HMI menuntut agar pihak kampus segera mengusut tuntas penolakan sepihak dan tindakan diskriminatif yang berujung pada kekerasan fisik terhadap kadernya.
“Jangan sampai kampus justru menjadi tempat yang mengekang kebebasan berorganisasi dan membiarkan praktik kekerasan terjadi tanpa pertanggungjawaban,” tegas Wahyu.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak UIN STS Jambi terkait insiden pengeroyokan tersebut. Sementara itu, HMI menuntut agar kejadian ini mendapat perhatian serius dari pihak kampus dan meminta perlindungan serta jaminan keselamatan bagi seluruh kadernya di lingkungan kampus.
