JAMBICYBER.ID, JAMBI – Di tengah dinamika pergerakan mahasiswa Indonesia yang semakin kompleks, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Jambi menghadirkan sebuah paradigma baru dalam gerakan kemahasiswaan. Melalui slogan “BERSINAR” – akronim dari Bersatu, Religius, Solid, Inovatif, Nyata, Amanah, dan Responsif – organisasi yang telah menorehkan sejarah panjang dalam pergerakan Islam di Indonesia ini kembali meneguhkan komitmennya untuk menjadi mercusuar bagi mahasiswa Muslim di Provinsi Jambi, Jumat (5/12/2025).
Transformasi ini bukan sekadar perubahan branding atau retorika organisasi, melainkan sebuah rekonstruksi fundamental terhadap cara HMI Cabang Jambi memandang dirinya, perannya, dan kontribusinya bagi masa depan generasi muda Jambi. Dalam konteks ini, BERSINAR menjadi lebih dari sekadar slogan; ia adalah manifesto perubahan, kompas navigasi organisasi, dan janji kepada masyarakat Jambi.
Setiap huruf dalam kata BERSINAR mengandung filosofi mendalam yang merepresentasikan tantangan sekaligus solusi bagi problematika organisasi mahasiswa kontemporer. Ini adalah upaya HMI Cabang Jambi untuk menjawab pertanyaan fundamental, bagaimana sebuah organisasi mahasiswa Islam tetap relevan di era disrupsi digital, polarisasi sosial, dan krisis kepemimpinan?
Pilar “Bersatu” merespons realitas fragmentasi yang kerap menghinggapi organisasi mahasiswa. Di Jambi, dengan mahasiswa yang tersebar di berbagai perguruan tinggi – mulai dari Universitas Jambi, IAIN Sulthan Thaha Saifuddin, hingga universitas swasta lainnya – tantangan menciptakan kesatuan visi menjadi sangat krusial.
Konsep persatuan yang diusung bukan persatuan yang memaksakan keseragaman, melainkan persatuan yang merayakan keberagaman. Ini adalah unity in diversity versi HMI Cabang Jambi, di mana perbedaan latar belakang kampus, suku, dan pemikiran tidak dilihat sebagai ancaman, tetapi sebagai kekayaan yang harus dikelola secara konstruktif.
Memperkuat solidaritas antar komisariat se-Cabang Jambi berarti membangun jembatan komunikasi yang efektif, menciptakan ruang dialog yang terbuka, dan mengembangkan program-program kolaboratif yang melibatkan seluruh elemen organisasi. Harmoni antar anggota lintas universitas akan tercipta ketika setiap individu merasa dihargai kontribusinya, didengar aspirasinya, dan dipercaya kapasitasnya.
Kultur organisasi yang inklusif dan toleran menjadi kunci. Dalam konteks ini, HMI Cabang Jambi berkomitmen menciptakan atmosfer di mana setiap anggota – apapun latar belakangnya – dapat berkembang maksimal, mengekspresikan gagasannya dengan bebas, dan berkontribusi sesuai dengan kapasitas dan minatnya. Ini adalah demokratisasi sejati dalam tubuh organisasi.
Pilar “Religius” menempatkan Islam bukan sebagai identitas formal belaka, tetapi sebagai ruh yang menggerakkan seluruh aktivitas organisasi. Ini adalah upaya untuk keluar dari jebakan sekularisasi organisasi mahasiswa Islam yang kerap terjadi, di mana nilai-nilai Islam hanya menjadi ornamen, bukan substansi.
Mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam setiap aspek organisasi berarti menjadikan ajaran Islam sebagai filter dalam pengambilan keputusan, etika dalam berorganisasi, dan spirit dalam beraktivitas. Program-program HMI tidak lagi dipandang sebatas kegiatan struktural, tetapi sebagai ibadah dalam makna luas – ikhtiar untuk memperbaiki kondisi umat dan bangsa.
Program pembinaan spiritual berkelanjutan menjadi investasi jangka panjang untuk mencetak kader-kader yang memiliki ketangguhan mental dan spiritual. Di era yang penuh dengan godaan materialisme, hedonisme, dan pragmatisme, pembinaan spiritual menjadi benteng pertahanan nilai. Kajian rutin, halaqah, mentoring, dan program-program tarbiyah dirancang tidak sekadar transfer pengetahuan agama, tetapi transformasi karakter.
Ambisi menjadikan HMI sebagai rujukan organisasi Islami di Jambi mengandung tanggung jawab besar. Ini berarti HMI harus konsisten antara ucapan dan tindakan, antara nilai yang diserukan dan praktik yang dijalankan. Rujukan bukan hanya soal popularitas, tetapi kredibilitas – kepercayaan yang dibangun melalui integritas, kompetensi, dan konsistensi.
Soliditas organisasi adalah prasyarat bagi efektivitas gerakan. Tanpa struktur yang kuat, visi seindah apapun akan sulit terwujud. Pilar “Solid” menekankan pentingnya membangun fondasi organisasi yang kokoh, sistem manajemen yang modern, dan tata kelola yang profesional.
Memperkuat struktur organisasi berarti melakukan evaluasi menyeluruh terhadap mekanisme kerja yang ada. Apakah pembagian tugas sudah jelas? Apakah sistem reward and punishment berjalan efektif? Apakah regenerasi kepemimpinan berlangsung sistematis? Pertanyaan-pertanyaan ini harus dijawab dengan jujur untuk mengidentifikasi kelemahan struktural yang menghambat kinerja organisasi.
Sistem manajemen modern mengadopsi prinsip-prinsip manajemen kontemporer – mulai dari perencanaan strategis, pengorganisasian sumber daya, koordinasi lintas divisi, hingga evaluasi dan pelaporan yang transparan. Database keanggotaan yang terkelola baik, sistem administrasi yang rapi, dan dokumentasi kegiatan yang sistematis menjadi indikator organisasi yang solid.
Meningkatkan koordinasi dan komunikasi internal adalah investasi dalam modal sosial organisasi. Rapat koordinasi rutin, platform komunikasi digital yang efektif, dan mekanisme feedback yang terbuka mencegah terjadinya miskomunikasi yang kerap menjadi sumber konflik internal. Komunikasi yang baik menciptakan trust, dan trust adalah lem yang merekatkan organisasi.
Membangun kepercayaan publik melalui kinerja optimal adalah ujian tertinggi soliditas organisasi. Kepercayaan tidak bisa diminta, tetapi harus diraih melalui track record yang konsisten. Setiap program yang dieksekusi dengan baik, setiap janji yang ditepati, setiap masalah publik yang direspons dengan cepat – semua itu adalah deposito kepercayaan di bank sosial masyarakat.
Di era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity), inovasi bukan lagi pilihan, tetapi keniscayaan. Pilar “Inovatif” menempatkan kreativitas dan kemampuan beradaptasi sebagai kompetensi inti yang harus dimiliki HMI Cabang Jambi. Mengembangkan program-program kreatif dan “out of the box” berarti berani keluar dari zona nyaman, menantang status quo, dan bereksperimen dengan pendekatan-pendekatan baru. Jika organisasi mahasiswa lain masih berkutat dengan seminar dan diskusi konvensional, HMI Cabang Jambi harus berani menghadirkan format-format baru yang lebih engaging – podcast kajian Islam, kampanye media sosial yang viral, kompetisi inovasi sosial, atau program kolaborasi dengan startup dan komunitas kreatif.
Memanfaatkan teknologi digital bukan sekadar menggunakan media sosial untuk publikasi kegiatan. Ini tentang digital transformation yang lebih dalam: sistem informasi manajemen berbasis web, pembelajaran daring yang interaktif, fundraising online, hingga penggunaan data analytics untuk memahami dinamika anggota dan efektivitas program. Teknologi harus menjadi enabler yang mempercepat pencapaian tujuan organisasi, bukan sekadar aksesori.
Menciptakan model kepemimpinan mahasiswa yang inspiratif adalah tentang melahirkan pemimpin-pemimpin muda yang tidak hanya cakap dalam mengelola organisasi, tetapi juga memiliki visi transformatif, keberanian moral, dan empati sosial. Model kepemimpinan HMI harus menjadi alternatif dari kepemimpinan otoriter, transaksional, dan egosentris yang masih banyak dijumpai. Kepemimpinan yang melayani (servant leadership), yang memberdayakan (empowering leadership), dan yang memberikan teladan (exemplary leadership) harus menjadi trademark kader HMI.
Salah satu kritik paling tajam terhadap organisasi mahasiswa adalah kesenjangan antara wacana dan realitas, antara janji dan implementasi. Pilar “Nyata” adalah komitmen HMI Cabang Jambi untuk menjembatani gap tersebut.
Kontribusi nyata bisa berwujud beragam: program literasi di kampung-kampung, bakti sosial yang berkelanjutan, advokasi kebijakan publik yang berpihak pada rakyat kecil, pelatihan kewirausahaan bagi pemuda, kampanye lingkungan hidup, atau pendampingan komunitas marginal. Yang penting adalah dampaknya terukur, beneficiaries-nya jelas, dan sustainabilitas programnya terjaga.
Organisasi mahasiswa yang baik bukan yang paling banyak mengadakan kegiatan, tetapi yang paling banyak memberikan manfaat. Prinsip “quality over quantity” harus dipegang teguh. Lebih baik menjalankan satu program dengan impact signifikan daripada sepuluh program yang sekadar seremonial.
Kontribusi nyata juga berarti kehadiran HMI dalam setiap isu penting yang menyangkut kepentingan mahasiswa dan masyarakat Jambi. Ketika ada kebijakan kampus yang merugikan mahasiswa, HMI harus hadir. Ketika ada persoalan sosial yang membutuhkan suara moral, HMI harus berani bicara. Ketika ada komunitas yang membutuhkan pendampingan, HMI harus siap turun.
Kepemimpinan tanpa amanah adalah tirani. Pilar “Amanah” menegaskan bahwa setiap posisi dalam HMI adalah amanah, bukan privilege; tanggung jawab, bukan kekuasaan; kesempatan untuk melayani, bukan untuk dilayani.
Amanah dalam kepemimpinan berarti transparansi dalam pengelolaan keuangan organisasi, akuntabilitas dalam pelaksanaan program, kejujuran dalam komunikasi dengan anggota, dan keadilan dalam memberikan kesempatan kepada setiap anggota untuk berkembang.
Pemimpin yang amanah adalah pemimpin yang memprioritaskan kepentingan organisasi di atas kepentingan pribadi atau kelompoknya, yang berani mengambil keputusan sulit demi kebaikan bersama, dan yang rela berkorban untuk kemajuan organisasi. Ini adalah antitesis dari kepemimpinan yang korup, nepotistik, dan mementingkan diri sendiri.
Membangun budaya amanah dimulai dari proses kaderisasi yang ketat, seleksi kepemimpinan yang meritokratis, dan sistem pengawasan yang efektif. Setiap anggota harus paham bahwa bergabung dengan HMI berarti memasuki sebuah ekosistem yang menjunjung tinggi integritas, di mana pelanggaran etika akan mendapat sanksi tegas, dan prestasi akan mendapat apresiasi layak.
“Responsif,” adalah tentang kemampuan organisasi untuk membaca, memahami, dan merespons dinamika zaman dengan cepat dan tepat. Organisasi yang tidak responsif akan tertinggal, kehilangan relevansi, dan akhirnya ditinggalkan oleh konstituennya.
Responsif terhadap dinamika zaman berarti HMI harus selalu update terhadap perkembangan isu-isu kontemporer – mulai dari politik identitas, krisis ekologi, disrupsi teknologi, hingga perubahan gaya hidup generasi muda. Setiap isu ini membutuhkan perspektif Islam yang kontekstual, bukan dogmatis; progresif, bukan regresif; inklusif, bukan eksklusif.
Responsivitas juga berarti kecepatan dalam merespons aspirasi anggota dan kebutuhan masyarakat. Di era media sosial di mana informasi bergerak dengan kecepatan cahaya, organisasi yang lambat dalam merespons akan kehilangan momentum dan kredibilitas. Sistem early warning yang baik, mekanisme pengambilan keputusan yang cepat, dan komunikasi publik yang efektif menjadi kunci responsivitas organisasi.
Visi dan misi HMI Cabang Jambi tidak lahir dalam vakum. Ia adalah respons terhadap konteks spesifik Jambi – provinsi dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah, namun masih menghadapi berbagai persoalan pembangunan manusia, korupsi birokrasi, dan degradasi lingkungan akibat eksploitasi berlebihan.
Jambi membutuhkan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki integritas moral, kepekaan sosial, dan komitmen untuk perubahan. HMI Cabang Jambi memposisikan diri sebagai laboratorium pembentukan generasi tersebut – tempat di mana mahasiswa tidak hanya belajar teori organisasi, tetapi juga praktik kepemimpinan; tidak hanya diskusi wacana, tetapi juga aksi sosial; tidak hanya pembinaan intelektual, tetapi juga penguatan spiritual.
Dalam konteks politik lokal yang kerap diwarnai oleh politik uang, patronase, dan dinasti politik, HMI harus menjadi alternatif – melahirkan pemimpin-pemimpin muda yang visioner, berintegritas, dan pro-rakyat. Kader-kader HMI harus menjadi countervailing power terhadap praktik-praktik politik yang korup dan eksploitatif.
Dalam konteks ekonomi di mana kesenjangan semakin lebar, HMI harus hadir dengan program-program pemberdayaan ekonomi kerakyatan – melatih entrepreneurship, memfasilitasi akses modal, dan mendorong ekonomi kreatif berbasis sumber daya lokal. Mahasiswa HMI tidak boleh terasing dari realitas ekonomi masyarakat di sekitarnya.
Dalam konteks sosial-budaya di mana nilai-nilai tradisional Melayu Islam mulai tergerus oleh modernisasi yang tidak terkendali, HMI harus menjadi guardian sekaligus innovator – menjaga nilai-nilai luhur sambil mengadaptasinya dengan tuntutan zaman. Ini adalah keseimbangan yang sulit, tetapi harus diupayakan.
Visi dan misi yang indah tanpa strategi implementasi yang jelas hanya akan menjadi dokumen mati. HMI Cabang Jambi membutuhkan roadmap yang detail, timeline yang realistis, dan indikator keberhasilan yang terukur untuk mewujudkan BERSINAR.
Implementasi harus dimulai dari konsolidasi internal – memastikan seluruh pengurus memahami dan mengimani visi BERSINAR, membangun komitmen bersama, dan mendistribusikan peran sesuai kompetensi masing-masing. Tanpa dukungan penuh dari internal, program apapun akan sulit berhasil.
Langkah berikutnya adalah pemetaan potensi dan masalah – mengidentifikasi kekuatan yang bisa dioptimalkan, kelemahan yang harus diperbaiki, peluang yang bisa dimanfaatkan, dan ancaman yang harus diantisipasi. SWOT analysis yang jujur dan mendalam menjadi basis perencanaan strategis.
Selanjutnya adalah perumusan program prioritas untuk jangka pendek, menengah, dan panjang. Tidak semua yang ideal bisa dilakukan sekaligus. Perlu ada prioritas berdasarkan urgency, feasibility, dan impact. Quick wins penting untuk membangun momentum dan kepercayaan, sementara program jangka panjang penting untuk keberlanjutan transformasi.
Kolaborasi dengan berbagai stakeholder – kampus, pemerintah daerah, organisasi masyarakat sipil, media, dan sektor swasta – menjadi kunci keberhasilan. HMI tidak bisa berjalan sendiri. Membangun aliansi strategis, networking yang luas, dan kemitraan yang saling menguntungkan akan memperbesar kapasitas dan jangkauan organisasi.
Monitoring dan evaluasi berkala penting untuk memastikan program berjalan sesuai rencana dan memberikan dampak yang diharapkan. Evaluasi bukan untuk mencari kambing hitam, tetapi untuk pembelajaran dan perbaikan berkelanjutan. Budaya evaluatif yang konstruktif harus dibangun.
HMI Cabang Jambi BERSINAR bukan sekadar slogan kampanye atau janji manis yang mudah dilupakan setelah pelantikan. Ini adalah komitmen generasi – ikrar untuk menjadikan HMI sebagai rumah bagi mahasiswa Muslim Jambi yang ingin berkembang, berkontribusi, dan berjuang untuk perubahan.
Jalan menuju organisasi mahasiswa Islam terdepan di Jambi tidak akan mudah. Akan ada resistensi dari mereka yang nyaman dengan status quo, skeptisisme dari mereka yang sudah terlalu sering dikecewakan, dan kompetisi dari organisasi-organisasi lain yang juga memiliki ambisi serupa. Namun dengan iman yang kuat, strategi yang matang, kerja keras yang konsisten, dan doa yang tidak pernah putus, cita-cita BERSINAR bukanlah mimpi yang mustahil.
Sejarah membuktikan bahwa HMI telah melahirkan tokoh-tokoh besar bangsa – dari presiden, menteri, gubernur, hingga pemikir dan aktivis yang menggerakkan perubahan sosial. Tradisi keunggulan ini harus diteruskan oleh HMI Cabang Jambi. Generasi hari ini memiliki tanggung jawab untuk tidak hanya menjaga warisan, tetapi juga menciptakan legacy baru yang lebih gemilang.
Mari kita jadikan BERSINAR bukan sekadar akronim, tetapi ethos yang menggerakkan setiap langkah, spirit yang menginspirasi setiap aksi, dan kompas yang mengarahkan setiap keputusan. Mari kita buktikan bahwa organisasi mahasiswa Islam masih relevan, masih dibutuhkan, dan masih mampu menjadi agen perubahan di tengah kompleksitas zaman.
HMI Cabang Jambi BERSINAR – bersatu dalam keberagaman, religius dalam karakter, solid dalam organisasi, inovatif dalam program, nyata dalam kontribusi, amanah dalam kepemimpinan, dan responsif terhadap dinamika zaman. Inilah janji kami kepada Jambi. Inilah ikhtiar kami untuk Indonesia yang lebih baik.
Wallahu a’lam bishawat
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya,” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni).
HMI Cabang Jambi: Bersatu untuk Jambi, BERSINAR untuk Indonesia
Penulis : Predi Arda Saputra
