Fatal! Proyek BWS di Kerinci: Tanpa Papan Nama, Material Sampah, dan Salah Lokasi

Daerah, Kerinci85 Views

JAMBICYBER.ID, KERINCI – Aroma dugaan korupsi dan manipulasi menyengat kuat dalam pelaksanaan proyek irigasi di Desa Baru Hiang, Kecamatan Sitinjau Laut, Kabupaten Kerinci, Senin (8/12/2025).

Program yang seharusnya bertujuan menunjang ketahanan pangan petani lokal ini, disinyalir telah melenceng jauh dari tujuan awal dan beralih fungsi menjadi lahan bancakan proyek bagi para kontraktor nakal yang diduga bermain mata dengan oknum Balai.

Ketua Umum LSM Peduli Alam Sakti (PEDAS), Efyarman, dalam keterangannya mengungkapkan serangkaian kejanggalan fatal yang ditemukan di lapangan. Mulai dari manipulasi kelompok tani, pengalihan lokasi, hingga kualitas konstruksi yang dinilai sangat buruk dan membahayakan.

Ia jugamenyoroti dugaan manipulasi administrasi di mana kelompok tani yang diajukan bukan berasal dari desa setempat. Parahnya, pihak pengawas desa, termasuk Kepala Desa (Kades), dilaporkan tidak dilibatkan sama sekali dalam proses ini.

“Ada dugaan kuat manipulasi kelompok tani. Kepala Desa tidak dilibatkan sehingga proyek ini lepas kontrol. Pengusulan awal di lokasi lain, tapi pelaksanaannya di tempat lain. Ini jelas melanggar aturan,” tegas Efyarman.

Temuan fisik di lapangan kian memperkuat dugaan penyimpangan. Material batu yang digunakan untuk pembangunan irigasi tersebut dinilai tidak memenuhi standar spesifikasi teknis (spek).

“Materialnya bukan batu gunung atau batu kali yang standar, melainkan batu kapur yang bercampur tanah. Ini terlihat jelas dari foto dokumentasi di lapangan,” ujar Efyarman.

Ia juga menuding adanya praktik pencurian volume secara masif. Banyak item pekerjaan yang diduga sengaja dihilangkan oleh pekerja demi meraup keuntungan besar.

“Tindakan mengurangi volume dan item pekerjaan ini sangat fatal. Proyek ini diprediksi akan gagal konstruksi dan hancur dalam waktu singkat,” tambahnya.

Kritik tajam juga diarahkan pada perencanaan teknis proyek. Efyarman menyebut pembangunan irigasi ini tidak memiliki sumber air yang jelas dan tidak memiliki tujuan aliran air yang pasti.

Kontraktor diduga hanya mencari lokasi yang mudah dikerjakan, yakni di bahu jalan, sehingga fisik bangunan lebih menyerupai drainase jalan raya ketimbang saluran irigasi pertanian.

Transparansi publik dalam proyek ini dinilai nihil. Di lokasi pekerjaan tidak ditemukan satu pun papan informasi proyek, sehingga masyarakat tidak mengetahui besaran anggaran, sumber dana, maupun pelaksana proyek. Hal ini menguatkan kesan bahwa pekerjaan ini adalah proyek siluman.

Upaya konfirmasi kepada pihak Balai Wilayah Sungai (BWS) pun menemui jalan buntu. Petugas di lapangan terkesan saling lempar tanggung jawab dan menutup akses informasi.

“Susah sekali mendapatkan informasi siapa pengawasnya. Saat ditanya, petugas malah menyuruh kirim surat resmi, seolah menghindar. Ada dugaan kerja sama tertutup antara pihak Balai dengan pihak ketiga (kontraktor),” jelas Efyarman.

Hingga berita ini diturunkan, konfirmasi yang dilayangkan kepada pihak BWS Jambi tidak mendapatkan tanggapan resmi.

Atas temuan-temuan tersebut, LSM PEDAS menyatakan tidak akan tinggal diam. Efyarman menegaskan pihaknya telah melayangkan surat resmi kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Republik Indonesia di Jakarta.

“Kami sudah menyurati Menteri PUPR. Kami minta pusat turun tangan memeriksa proyek gagal ini dan menindak oknum-oknum yang bermain,” pungkasnya.

Author