JAMBICYBER.ID, KERINCI – Kisah pilu dan ironi pembangunan kembali terjadi di Desa Renah Pemetik, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, ketika prosesi pengantaran jenazah seorang warga harus dilakukan dengan cara yang memilukan. Almarhum terpaksa ditandu secara manual dan dipikul bergantian oleh warga melalui akses jalan utama desa yang kondisinya sangat rusak, berlumpur, berlubang, dan digenangi air, Rabu (10/12/2025).
Peristiwa yang terjadi pada hari ini menjadi sorotan tajam, menunjukkan betapa terpinggirnya kondisi infrastruktur di wilayah tersebut. Pemandangan warga yang berjuang melintasi “jalur kubangan” dengan langkah berat, berusaha menjaga kehormatan jenazah almarhum, menjadi gambaran nyata ketiadaan akses jalan yang layak dan manusiawi.
“Setiap langkah terasa berat, bukan hanya karena memikul jasad almarhum, tetapi juga karena memanggul beban kepedihan. Bahkan dalam perjalanan terakhirnya, almarhum tidak bisa dihantarkan dengan layak melalui jalan yang manusiawi,” ungkap salah satu yang ikut dalam rombongan.
Jalan yang menjadi lokasi kejadian ini merupakan urat nadi utama bagi masyarakat Renah Pemetik. Akses tersebut digunakan setiap hari untuk berbagai keperluan vital, mulai dari jalur pendidikan bagi anak-anak sekolah, mobilisasi menuju fasilitas kesehatan (berobat), hingga aktivitas ekonomi dan transportasi komoditas.
Warga setempat mengungkapkan kekecewaan mereka atas janji-janji pembangunan yang tak kunjung terealisasi. Kondisi jalan ini disebut sudah berlangsung bertahun-tahun tanpa ada penanganan serius dari pihak berwenang.
“Kami paham pembangunan butuh proses. Namun, bertahun-tahun berlalu, Renah Pemetik tetap berada dalam kondisi yang sama. Jalan ini seakan tak pernah dilihat, tak pernah benar-benar dianggap mendesak,” tambah warga lainnya.
Melalui peristiwa ini, masyarakat Renah Pemetik menyampaikan permohonan dan desakan secara terbuka kepada pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan semua pihak yang memiliki kewenangan. Mereka berharap agar tragedi kemanusiaan ini dapat menjadi pembuka mata terhadap kondisi saudara-saudara sebangsa di pelosok negeri.
Masyarakat tidak menuntut fasilitas mewah, melainkan hanya akses jalan yang layak bagi kehidupan dan kemanusiaan.
“Tolong lihatlah kami. Tolong dengarkan suara masyarakat yang sudah terlalu lama menunggu. Jangan biarkan jalan ini terus menjadi kubangan derita dan kesedihan. Kami hanya menuntut jalan yang layak,” bunyi permohonan yang disampaikan warga.
Peristiwa pengantaran jenazah dengan tandu melalui jalan rusak ini diharapkan dapat memicu perhatian dan tindakan segera dari otoritas terkait, agar hak dasar masyarakat untuk mendapatkan infrastruktur yang memadai dapat segera terpenuhi. (Feng).








